Seorang Anak Mendapatkan Ilmu yang Tidak Barokah, Karena Perasangka Buruk Orangtua Terhadap Gurunya


Bismillahirrahmaanirrahiim.
Allahummashallia'alaa MUhammad.

Seroang Anak Mendapatkan Ilmu Yang Tidak Barokah, Karena Perasangka Buruk Orangtua Terhadap Gurunya, ini memang sudah sering terjadi di dunia pendidikan, orangtua menyerahkan anak-anaknya untuk di bimbing dan dibina, akan tetapi tidak mendukung sepenuhnya apa yang diprogramkan oleh pendidikan atau guru-gurunya.

Bahkan kesalahan anak-anaknya di bela dan guru yang disalahkan, dituntut dan dipenjarakan, bahkan lebih tragis lagi ketika siswa berlaku kasar dan keras pada guru-gurunya terkadang dibiarkan oleh orangtua walaupun mereka tahu apa yang sudah dilakukan oleh anaknya.

Pernah terjadi pada suatu pendidikan,

Seorang anak dipukul oleh guru disebabkan anak tersebut melawan dan meremehkan perintah gurunya,
bahkan si anak melaporkan kejadian itu kepada orangtua dan keluarganya.

pada suatu ketika,,,,

orangtua dan keluarga lainnya datang kependidikan tempat anaknya disekolahkan,

apa yang terjadi,,,,?

bukannya orangtua tersebut memintakan maaf untuk anaknya
malah orangtua tersebut mengancam akan melaporkan lembaga pendidikan tersebut keranah hukum
mereka ngotot, menyalahkan para guru-guru yang ada disana
merasa anaknya di aniaya dipukul habis-habisan
padahal anak tersebut dipukul dengan menggunakan ranting kecil.

Lalu apa yang terjadi,,,,,?

Alhamdulillah,,,,
salah seorang guru, menyimpan ranting itu sebagai bukti nantinya
disaat dialog terjadi antara guru yang satu dengan orangtua sianak
masuklah seorang guru lainnya mengambil ranting yang digunakan 
untuk memukul anak tersebut
dan guru itu berkata,,,,,,,,
inilah ranting kayu yang digunakan untuk memukul anak bapak.
dan beliau mengatakan,,
dari pada bapak melapor keranah hukum,,,,
ini,,,,,, ambil ranting ini,,,,,
dan pukul saya,,,,, 

Ketahuilah pak,,,,, kami tidak memukul anak bapak
melainkan memukul kesalahannya,,, sebagai seorang anak didik
karena pada dasarnya dan kebenaranya,,, adalah
anak bapak seringkali melawan dan meremehkan perintah gurunya
dan bahkan sering keluar tanpa ada pemberitahuan kepada kami (Bolos)
sementara,,,,,
aturan disini,,,,
keluar semaunya peserta didik itu, kami larang dan tidak disarankan
karena,,,,,, selama anak bapak ada dipendidikan ini
dia adalah tanggung jawab kami
baik fisik maupun rohaninya.

Setelah mendengarkan kata-kata itu
orangtua sianak diam seribu bahasa,
namun dengan kediamannya itu
dia minta izin untuk memindakan anaknya ke pendidikan yang lain.

setelah itu,,,, apa yang terjadi,,,,
semula si anak tersebut begitu cerdas dan pintar
bahkan dipandang oleh masyarakat sekita,r karena tingkat keilmuannya
namun dengan kejadian itu,,,,
anak tersebut tidak seperti dulunya dipandang, dimalukan dan disegani
karena,,,,, ilmu yang telah didapatkan itu pudar,
keberkahannya hilang,,,
membuat sianak menjadi keluyuran walaupun dia sudah dipindah ke pendidikan lain.

Lihat kejadian pada masa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Syekh Abdul Qadir adalah seorang ulama yang terkenal pada zamannya.
Murid-muridnya berasal dari berbagai kalangan.
Ada anak orang kaya, ada anak penguasa, ada juga anak pedagang dan anak-anak orang miskin.

Di madrasah Syekh Abdul Qadir tidak ada dikriminasi, semua murid diperlakukan sama.

Di madrasah Syekh Abdul Qadir diperkenalkan ilmu dan lebih diutamakan adab,
termasuk adab kepada guru yang dijunjung tinggi.
Termasuk adab yang diajarkan adalah bagaimana murid berhikmat dan meraih keberkahan dari gurunya.

Sebuah kebiasaan bahwa ketika sang guru sedang menyantap makanan,
maka murid-murid tidak ada yang ikut makan sebelum gurunya selesai,
ternyata ada tradisi meraih berkah ilmu dengan memakan sisa makanan gurunya.

Syekh Abdul Qadir paham hal tersebut,,,
sehingga ia selalu menyisahkan makanannya untuk di ambil oleh murid-muridnya.
Seorang tamu yang datang menjenguk anaknya melihat hal itu
dan berfikir bahwa anak-anak mereka yang belajar pada Syekh Abdul Qadir
diperlakukan seperti babu atau kucing.

Masa mereka diberikan sisa makanan dari gurunya. 
Pikiran kotor inilah yang menyebabkan orang tua murid tadi memprofokasi orang tua lainnya.

Salah satu orang tua yang merupakan orang terpandang, kaya dan penguasa termakan propokasi dan datang menghadap Syekh Abdul Qadir
dan mengungkapkan keberatannya,,,
atas perlakuan sang guru kepada anaknya
yang dianggap melecehkan kehormatannya dan kehormatan anaknya.

Maka terjadilah dialog sebagai berikut :

Wahai tuan syekh,
"saya menghantar anak saya kepada tuan syekh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti kucing. 
Saya hantar kepada tuan syekh, supaya anak saya jadi alim ulama’.”

Syekh Abdul Qadir hanya jawab ringkas saja. 
“ Kalau begitu ambillah anakmu.”

Maka si bapak tadi mengambil anaknya untuk pulang.
Ketika keluar dari rumah syekh menuju jalan pulang.

Orang tua murid tadi bertanya pada anaknya 
beberapa hal mengenai ilmu hukum syariat,
ternyata,,,,, kesemua soalannya dijawab dengan tepat dan rinci.

Maka bapak tadi berubah fikiran dan mengembalikan anaknya kepada tuan Syekh Abdul Qadir.
“Wahai tuan syekh,,,,"
terimalah anak saya untuk belajar dengan tuan kembali.
Tuan didiklah anak saya.
Ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan juga diperlakukan seperti kucing.
Saya melihat ilmu anak saya sangat luar biasa bila bersamamu.”

Maka jawab tuan Syekh Abdul Qadir.

“Bukan aku tidak mau menerimanya kembali,,,
tapi ALLAH sudah menutup pintu hatinya untuk menerima ILMU dariku,
ALLAH sudah menutup futuhnya (Mata Hati) untuk mendapat ilmu
disebabkan orang tua yang tidak beradab kepada GURU.”

Ternyata orang tua yang tidak beradab pada guru
bisa menyebabkan anak-anaknya menjadi korban
kehilangan keberkahan ilmu dari guru-gurunya.

Begitulah ADAB dalam menuntut ilmu.

Anak, Ibu, Ayah dan siapa pun perlu menjaga adab kepada guru.

Kata ulama: 
Satu perasangka buruk saja kepada gurumu
maka Allah haramkan seluruh keberkatan yang ada pada gurumu kepadamu.

Kisah ini adalah refleksi untuk para orang tua siswa,
sia-sialah kita menyekolahkan anak kita
kalau pada akhirnya ilmu yang diperolehnya tidak berberkah.

Karena kita sebagai orang tua yang tidak beradab kepada guru
sehingga anak-anak kitapun menjadi kehilangan adab kepada gurunya.

Memukul salah satu metode

Memukul adalah salah satu metode tetapi tidak sampai membuat bekas,
apalagi setelah memukul siswa,
guru mesti memulihkan perasan anak tersebut.

Guru kami berpesan,,,
“ Kalau kau pukul anak didikmu, jangan sertai dengan amarah tetapi dengan do’a,
insya Allah itu tidak akan membuatnya sadar akan kesalahnnya.”

Ketahuilah,,,
Ibaratnya guru adalah Dokter, dan siswa adalah Pasien.

Seorang pasien yang datang berobat, 
setelah didiagnosa ternyata penyakitnya ringan saja
maka diberikanlah vitamin dan antobiotik oleh dokter.

Akan tetapi,,,,,,
ada pasien datang berobat,
dan ternyata pasiennya mengidap penyakit kanker dan harus dioprasi,
maka tentu dokternya tidak lagi memberi resep
tetapi menyarankan langkah oprasi.

Bayangkan oprasi itu menyakitkan dan melukai jaringan tubuh,
karena hanya dengan jalan itu pasien bisa selamat.

Kalo guru sudah menegur berkali-kali, melakukan berbagai pendekatan,
sering pula dimasukan ke BP tetapi tidak berubah wataknya,
berarti anak ini sakit parah,,,,
dan mungkin untuk merubahnya hanya dengan pukulan yang sifat tidak melampaui batas kewajaran.
Siapa tahu dengan pukulan itu sang anak bisa terselamatkan.

"Guru kami berpesan,,,,,"

Bekas Pukulan guru ketika mendidik muridnya,,,
maka pada bagian bekas pukulan itu,,,
tidak akan disentuh api neraka.
Tentu apabila murid dan orang tua sabar menerimanya.

"Dengan sejujurnya Saya berani berkata,,,,"

Seandainya bukan karena pukulan guru,,,,
saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini,,,
Saya tak dapat membalas,,,
setiap kesadaran dan ilmu yang diberikan,,,
Kecuali dengan Do’a.

Post a Comment

0 Comments