Dunia Pendidikan penuh dengan uji coba, uji coba dengan berbagai macam kurikulum, mulai dari kurikulum CBSA, KTSP, KTSP Berkarakter, K-13 dan muncul lagi kurikulum baru yang di sebut dengan Kurikulum Merdeka, dengan seringnya gonta ganti kurikulum, para pendidik yang dilapangan bingung harus bagaimana. Mendingan kalau kurikulum diganti dengan berbagai merek dan nama tidak jadi masalah paling masalahnya pendidik bingung sementara, namun lebih parah lagi jika Pendidikan Agama Islam di hapus atau dihilangkan di dunia pendidikan formal itu sangat tragis, mau dikemanakan moral dan akhlak anak-anak bangsa.
Di Negara kita tercinta ini, dalam pendidikan formal khususnya sudah beberapa kurikulum yang digunakan, beda kurikulum beda juga perangkat pembelajaran dengan ini, lagi-lagi para pendidik bingung, dengan kebingungan tersebut akhirnya para pendidik tidak merasa tertarik lagi untuk membuat perangkat pembelajaran. Bukan itu saja dengan berlakunya kurikulum baru maka Raport pun bisa jadi Raport baru.
Artikel terkait Siap-siap, Raport Pendidikan Indonesia, Luncuran Baru
Dikutip dari KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka. Sebelumnya, Kurikulum Merdeka dikenal sebagai Kurikulum Prototipe. Menurut Nadiem, Kurikulum Merdeka ini sudah diuji coba di 2.500 sekolah penggerak. Selain itu, kurikulum ini juga diluncurkan di sekolah lain. Nadiem mengatakan, Kurikulum Merdeka ini sudah mulai digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 di jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA.
Selain Kurikulum Merdeka, Masih ada 2 Kurikulum Lainnya Sehingga, sekolah bisa melaksanakan kurikulum baru ini secara bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing.
Apa itu Kurikulum Merdeka?
Nadiem mengatakan, inti dari Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar.
Konsep ini, dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya, jika dua anak dalam satu keluarga memiliki minat yang berbeda, maka tolak ukur yang dipakai untuk menilai tidak sama. Kemudian anak juga tidak bisa dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak disukai. Kurikulum Prototipe akan memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah.
Nadiem mencontohkan lagi, nantinya di sekolah SMA tidak akan ada lagi jurusan atau peminatan seperti IPA, IPS, atau Bahasa. “Di dalam program SMA sekarang tidak ada lagi program peminatan untuk yang memiliki Kurikulum Merdeka. Ya tidak ada lagi jurusan, kejuruan atau peminatan,” kata Nadiem secara virtual.
Kalau memang seperti apa yang disampaikan pk Nadiem maka bisa jadi kembali nama pendidikan tingkat SMA menjadi SMU.
0 Comments